
Latar Belakang
Suksesi meliputi seluruh
sistem. Di mana hal yang teratur tersebut adalah sering terjadi, suatu
komponen-komponen yang baru kelompok (cluster) berkembang yang berupa suatu simpanan dan program suksesi
yang siap untuk dibebaska apabila permukaan tanah dibersihkan kembali. Walaupun
pola menggambarkan proses yang berbeda untuk perubahan-perubahan yang
menggantikan tempat macam sistem yang lain dan pada skala waktu yang berbeda,
proses-proses pengorganisasian sendiri adalah sama, dan kebanyakan apa yang
terjadi dapat diterangkan dengan kriteria ketetap-hidupan (survival) daripada
suplay tenaga maksimum pada setiap tingkat ukuran. Evolusi biologis, suksesi,
dan belajar seluruhnya secara esensial adalah sama, perbedaannya terutama
adalah dalam kedetailan mereka dan skala waktu. Dalam suksesi ekologis komponen
yang paling kecil dengan proses pemulihan yang cepat, ukuran sedang menyebarkan
pilihan-pilihan darimana kompetisi dan sistem yang menguat yang menciptakan
seleksi, dan yang lebih besar mungkin dikenali pola-pola memori mereka dengan
proses belajar secara teratur (Odum, 1994).
Suksesi
yaitu proses perubahan yang berjalan sedikit demi sedikit dalam suatu jangka
waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas
semula. Suksesi terjadi karena modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau
ekosistem. Akhir dari proses suksesi komunitas adalah terbentuknya suatu bentuk
komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah komunitas terakhhir dan stabil
(tidak berubah) yang mencapai keseimbangan
dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya
keseimbangan yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan
komponennya dan dapat bertahan dari berbagai perubahan dalam sistem secara
keseluruhan. Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, suksesi dibedakan
menjadi dua yaitu Suksesi primer dan Suksesi sekunder (Ewusie, 1990).
Jika suatu daerah yang baru pada dasarnya
bebas dari kehidupan sedang akan dikelola, seperti contoh suatu sungai yang
diendapakan oleh suatu bendungan pasir yang baru atau pertambangan buatan
manusia didalam suatu daerah untuk batu-bara, pada awalnya komunitas yang
berkembang disana adalah komunitas pionir, yang pada umumnya tidak berlaku
dalam waktu yang lama. Selama waktu berbagai jenis spesies telah hilang dan
terus diburu. Ini, pada gilirannya, mungkin punah dan yang lain masih mungkin masuk. Beberapa puluh, ratusan,
atau ribuan tahun yang lalu, sebuah komunitas akan mengalami perkembangan yang
stabil, atau pada posisi yang stabil dikenal dengan komunitas klimaks. Proses
ini, dimana pada daerah yang sama akan berturut-turut diduduki oleh komunitas
yang berbeda, yang dinamakan dengan suksesi (Jumar, 2000).
Suatu organisme tidak dapat hidup menyendiri, tetapi
harus hidup bersama-sama dengan organisme sejenis atau dengan yang tidak
sejenis. Berbagai organisme yang hidup disuatu tempat baik yang besar atau yang
kecil, tergabung dalam suatu persekutuan yang disebut komunitas biotic. Suatu
komunitas biotic terikat sebagai suatu unit oleh saling ketergantungan
anggota-anggotannya. Sautu komunitas adalah suatu unit fungsional dan mempunyai
sruktur yang pasti. Tetapi sruktur ini sangat bervariasi, karena jenis-jenis komponenya
dapat dipertukarkan menurut waktu dan ruang. Komunitas biotic terdiri atas
kelompok-kelompok kecil yang anggota-anggotanya bersekutu lebih akrab satu sama
lain, sehingga kelompok unit kecil itu merupakan unit yang kohesi yang
dinamakan populasi. Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat
dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mangalami perubahan
sepanjang masa. Perkembanagan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan
dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat
dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi
berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai
keadaan seimbang (homeostatis) (Sastrodinoto, 1980).
Tujuan
Tujuan
dari praktikum Ekologi Hutan yang berjudul ”Mempelajari Proses Suksesi Tumbuhan
” adalah untuk mengetahui tahap – tahap dan proses – proses suksesi yang
terjadi pada komunitas tumbuhan bawah sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
![]() |

Berbagai macam ekosistem mempunyai produkstivitas yang
berbeda dan ini banyak berkaitan dengan berbagai factor lingkungan separate
iklim, topografi, sifat tanah, letak geografis, air dan ketinggian dari
permukaan laut atau elevasi. Faktor waktu dan ruang merupakan faktor penting
dalam menentukan produktivitas suatu ekosistem. Faktor ruang atau lahan adalah
jarak ataman yang biasanya lebih rapat digarap secara intensif untuk memperoleh
produktivitas yang tinggi. Priduktivitas primer bersih jelas paling
tinggi terdapat di hutan muda yang sedang tumbuh, dan harus diingat bahwa hutan
yang rapat dengan biomassa yang tinggi, tidak harus mempunyai produktivitas
primer bersih yang tinggi. Pohon-pohon besar mungkin sudah berhenti
pertumbuhannya. Sebenarnya dalam hutan yang kelewat masak, matinya
bagian-bagian tumbuhan akibat serangan hutan atau jamur dapat mengurangi
biomassa tumbuhan, sedangkan produktivitas primer bersih kurang lebih tetap.
Tujuan utama pengelolaan sislvikultur di hutan alam atau tanaman adalah untuk
meningkatkan produktivitas sampai maksimum dari pohon yang dipanen pada waktu
masih tumbuh cepat dan sebelum produktivitas primer bersih menurun (Odum, 1994).
Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi
primer dan suksesi sekunder. Suksesi primer terjadi bila komunitas awal
terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas awal tersebut secara
total sehingga di tempat komunitas awal terbentuk habitat baru. Gangguan ini
dapat terbentuk secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung merapi,
endapan lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan
dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan
minyak bumi. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di
gunung krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah berkas letusan
gunung Krakatau mula – mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta
tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan
perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga
terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang
datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karena aktivitas pengurai bercampur
dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya.
Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan
subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu
tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya.
Kondisi demikian tidak menjadikan pioner tumbuh subur tapi sebaliknya.
Sementara itu rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat mengalami pelapukan
lahan. Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah
menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan
belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian
pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah
ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai
klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak
mengubah ekosistem itu. Sedangkan suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas
mengalami gangguan. Baik secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak
merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut
substart lama dan kehidupan masih ada. Contohnya gangguan alami misalnya
banjir, gelombang laut, kebakaran angin kencang, dan gangguan buatan seperti
penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja (Ilhayatuaini,
2009).

Perubahan bersifat kontinu, rentetan suatu perkembangan komunitas
yang merupakan suatu sera dan mengarah ke suatu keadaan yang mantap (stabil)
dan permanen yang disebut klimaks. Tansley (1920) mendefinisikan suksesi
sebagai perubahan tahap demi tahap yang terjadi dalam vegetasi pada suatu
kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan
yang lain. Clements (1916) membedakan enam sub-komponen : (a) nudation; (b)
migrasi; (c) excesis; (d) kompetisi; (e) reaksi; (f) final stabilisasi,
klimaks. Uraian Clements mengenai suksesi masih tetap berlaku. Bagaimanapun
sesuatu mungkin menekankan subproses yang lain, contohnya perubahan angka dalam
populasi merubah bentuk hidup integrasi atau perubahan dari genetik adaptasi
populasi dalam aliran evolusi. Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies
berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada
perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan
komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang
cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu
(Irwanto,2007).
Mengacu pada variasi bentuk
fisik suatu tempat seperti padang, pasir, danau, karang, beserta populasi
tumbuhan serta binatang yang ada. Suatu ekosistem terdiri dari mahluk hidup di
suatu lokasi tertentu dan unsure-unsur abiotik yang penting bagi kelangsungan
mahluk hidup tersebut. Setiap jenis ekosistem memiliki campuran spesies yang
unik yang berbeda dari setiap jenis ekosistem yang lain. Kombinasi tumbuhan dan
binatang bisa berbeda meskipun sama-sama di hutan tropis di lereng gunung. Jika
suatu ekosistem menghilang maka hilanglah pula spesies yang ada di tempat
tersebut (Irwan, 1992).
Proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi
lingkungan. Proses suksesi pada daerah hangat, lembab dan subur dapat
berlangsung selama seratus tahun. Coba bandingkan dengan kejadian suksesi pada
daerah yang sangat kering. Daerah tersebut proses suksesi dapat mencapai ribuan
tahun (Vansaka, 2010).

Komunitas klimaks adalah komunitas yang
berada dalam keadaan setimbang dinamis dengan lingkungannya. Sedangkan tingkat
sere adalah setiap tingkat/tahap dari sere, dan komunitas sere adalah setiap
komunitas tumbuhan yang mewakili setiap tingkat sere. Spesies klimaks adalah
suatu spesies yang berhasil beradaptasi terhadap suatu habitat sehingga spesies
tersebut menjadi dominant di habitat yang bersangkutan (Onrizal, 2008).
Komunitas hutan merupakan suatu sistem yang
hidup dan tumbuh karena komunitas itu terbentuk secara berangsur-angsur melalui
beberapa tahap invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan dan
penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh, dan stabilisasi. Perubahan dalam
komunitas selalu terjadi, bahkan dalam komunitas hutan yang stabil pun selalu
terjadi perubahan, misalnya ada pohon-pohon yang telah tua mengalami tumbang
dan mati, terjadilah pembukaan tajuk hutan, sehingga sinar matahari dapat masuk
kelapisan tajuk bawah, maka anakan pohon yang semula tertekan akan tumbuh
dengan baik hingga menyusun lapisan tajuk atas. Demikian seterusnya, setiap ada
perubahan dalam komunitas hutan akan ada mekanisme atau proses yang
mengembalikan kepada keadaan semula (Indriyanto, 2006).
Hutan yang tumbuh dan
berkembang, tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama
lingkungan. Di permukaan bumi kurang lebih terdapat 90% biomassa yang terdapat
di dalam hutan dalam bentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dan seresah, hewan
dan jasad renik. Biomassa ini adalah dari hasil fotosintesis, yang berupa
sellulose, lignin, gula bersama dengan lemak, protein, damar fenol dan berbagai
senyawa lainnya. Berdasarkan hukum alam, biomassa ini dimanfaatkan oleh hewan
herbivora, serangga dan jasad renik yang membutuhkan oksigen dan melepaskannya
lagi dalam bentuk karbon dioksida dan karbon dioksida ini dimanfaatkan kembali
oleh tumbuhan. Karena kebutuhan manusia maka hukum alam tersebut diubah, hutan
dirusak dan dialihkan menjadi penggunaan yang lain (Suin, 2003).
![]() |

Waktu dan Tempat
Praktikum
Ekologi Hutan yang berjudul ”Mempelajari Proses Suksesi Tumbuhan” ini
dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Desember
2014 pada pukul 15.00 WIB. Praktikum ini dilakukan di hutan Tridarma dan Padang Rumput, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah meteran
20 m dan 2 m, patok, tali rafia, cangkul, golok/parang, tally sheet, dan alat
tulis.
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah komunitas tumbuhan bawah semak belukar, padang rumput, hutan dibawah
tegakan campuran atau sejenis.
Prosedur Praktikum
1.
Dibuat sebuah petak contoh
ukuran 1 m x 5 m di komunitas tumbuhan bawah dan kemudian dibagi menjadi lima
sub petak contoh berukuran 1m x 1 m.
2.
Dilakukan analisis vegetasi
pada petak tersebut, sehingga diperoleh data : nama jenis, jumlah jenis dan
jumlah individu.
3.
Dibersihkan kelima sub petak
contoh dari semua vegetasi yang terdapat di dalamnya dengan menggunakan cangkol
dan golok/parang sampai keakar-akarnya.
4.
Diamati perkembangan jenis
tumbuhan yang muncul, catat nama jenis tumbuhan dan jumlahnya pada sub petak
contoh, pada selang waktu 6 pekan (minggu).
5.
Dilakukan
analisis vegetasi pada minggu terakhir pengamatan seperti
sebelum diberikan perlakuan.
Analisis Data
1. Dibuat grafik perubahan jumlah jenis dan
jumlah individu jenis yang muncul setiap pekan.
2. Dibandingkan perubahan komunitas vegetasi
sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan analisis asosiasi
komunitas dengan rumus :
IS = 

IS = Indeks of Similarity
W=
yang lebih rendah atau sama dengan dari dua komuniatas yang
dibandingkan (dalam hal ini
adalah volume)
a = Total komunitas sebelum diberi perlakuan
b = Total komunitas setelah diberi perlakuan
Nilai IS sebesar 100 % dan terkecil 0 %. Dua komunitas
memiliki IS sebesar 100 % apabila kedua komunitas yang dibandingkan benar-benar
sama (persis seperti sebelum di beri perlakuan), dan dua komunitas mempunyai IS
sebesar 0 % apabila kedua komunitas tersebut tersebut sama sekali berbeda.
Umumnya dua komunitas dianggap sama apabila mempunyai nilai ≥ 75 %.
3.
Ditentukan macam suksesi yang diamati, suksesi primer atau suksesi
sekunder.
4. Ditentukan jenis pioner dan jenis
apa yang paling akhir muncul.


Hasil
Hasil yang diperoleh selama melakukan pengamatan selama
6 minggu pada dua ekosistem yaitu ekosistem hutan dan ekosistem padang rumput adalah
:
Tabel 1. Suksesi Tumbuhan Bawah
di Ekosistem Hutan
No S-PC
|
No
|
Nama Jenis
|
Perlakuan
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
|||
1
|
1
2
|
Pakis (Cylosorus
ardus)
Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
|
24
20
|
11
9
|
2
|
1
2
|
Pakis (Cylosorus
ardus)
Rumput Setawar (Borreira
latifolia)
|
30
0
|
14
4
|
3
|
1
2
|
Pakis (Cylosorus
ardus)
Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
|
27
0
|
19
3
|
4
|
1
2
|
Pakis (Cylosorus
ardus)
Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
|
32
10
|
12
0
|
5
|
1
2
|
Pakis (Cylosorus
ardus)
Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
|
21
0
|
9
3
|
Jumlah
|
164
|
84
|

Grafik 1. Suksesi Tumbuhan Bawah di Ekosistem Hutan
Sebelum dan Sesudah diberi
Perlakuan
Analisis Data Suksesi Ekosistem Hutan
IS = 

IS = 2. 84/(164+84) x 100%
IS = 168/248 x 100%

Tabel 2. Suksesi Tumbuhan Bawah di Ekosistem Padang
Rumput
No S-PC
|
No
|
Nama Jenis
|
Pekan
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
|||
1
|
1
2
3
|
Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
Setawar (Borreira
latifolia)
Putri Malu (Mimosa
pudica)
|
51
16
5
|
34
1
3
|
2
|
1
2
3
|
Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
Setawar (Borreira
latifolia)
Putri Malu (Mimosa
pudica)
|
42
2
0
|
37
1
9
|
3
|
1
2
3
|
Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
Setawar (Borreira
latifolia)
Putri Malu (Mimosa
pudica)
|
50
22
7
|
48
3
6
|
4
|
1
2
3
|
Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
Setawar (Borreira
latifolia)
Putri Malu (Mimosa
pudica)
|
43
21
8
|
34
1
![]() |
5
|
1
2
3
|
Rumput Teki (Cyperus
rotundus)
Setawar (Borreira
latifolia)
Putri Malu (Mimosa
pudica)
|
37
18
8
|
30
3
8
|
Jumlah
|
330
|
229
|

Grafik 2. Suksesi Tumbuhan Bawah di Ekosistem Padang
Rumput Sebelum dan Sesudah
diberi Perlakuan
Analisis Data Suksesi Ekosistem Padang Rumput
IS = 

IS = 2. 229/(330+229) x 100%
IS = 458 / 559 X 100%
IS = 0.819 X 100%
IS = 81.9%
Pembahasan
Beradasrkan
tabel 1 diatas, dapat diketahui bahwa
tumbuhan pionir yang paling banyak tumbuh dan mendominasi setelah dilakukan
suksesi sekunder pada petak ukur adalah Pakis (Cylosorus ardus) yaitu
sebanyak 65 individu dari jumlah sebelum dilakukan suksesi adalah 134 individu,
dan hamper disetiap No-S-PC ditemui tumbhan pakis ini. Perbedaan jumlah
ekosistem hutan sebelum dan sesudah suksesi sangat berbeda, walaupun jenis
tumbuhannya hampir sama, namun jumlah individunya jauh berbeda. Dari grafik 1.
Dapat dilihat jenis tumbuhan bawah yang mendominasi pada ekosistem hutan adalah tumbuhan pakis. Dapat dibuktikan
dengan garis tertinggi dari grafik yang menunjukkan tanaman pakis dan menandakan
jumlah tumbhan pakislah yang paling banyak tumbuh baik sesudah maupun sebelum
suksesi, walaupun jumlahnya menurun. Sehingga dapat diketahui bahwa Komunitas
ini berbeda karena memiliki nilai IS >75%. Hal ini dapat terlihat
dari jenis dan jumlah vegetasi yang berbeda antara sebelum dan sesudah suksesi.

Ada jenis tumbuhan bawah pada yang tidak
kembali tumbuh setelah dilakukan suksesi buatan/ perlakuan. Hal ini mungkin
disebabkan oleh banyak faktor. Mulai dari jenis tanah, jenis suksesi yang
dibuat atau ada tidaknya biji/benih yang jatuh ke dalam petak ukur. Sedangkan
jenis baru yang tumbuh setelah dilakukan pengukuran adalah Anakan sengon dan
rumput setawar. Hal ini mungkin disebabkan selama pengamatan, ada biji sengan
yang jatuh ke dalam petak ukur baik karena secara alami atau bantuan burung/
manusia.
Sedangkan rumput
setawar memungkinkan untuk tumbuh pertama kali setelah dilakukan suksesi
buatan karena rumput setawar merupakan
jenis rumput yang cepat beradaptasi terhadap lingkungan barunya. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Arief (1994) yang menyatakan bahwa Apabila suksesi dimulai dari titik atau
tempat yang sebelumnya tidak ditempati oleh nabatah dan melewati semua
tahapannya tanpa gangguan dari luar, maka suksesi itu dikenal sebagai suksesi
primer.Contohnya adalah batuan gundul atau permukaan air. Apabila suksesi
dimulai pada suatu tempat yang pernah ditempati oleh nabatah atau berbagai
benih, dan yang mempunyai beberapa bagian dari sisa peninggalan nabatah yang
sebelumnya, atau bila timbulnya komuniatas disebabkan oleh gangguan manusia
(seperti pembakaran, pengolahan tanah, dsb.), maka suksesi itu dinamakan
suksesi sekunder dan komunitasnya disebut komunitas sekunder. Contohnya adalah
tanah garapan yang ditinggalkan, konsesi hutan yang ditelantarkan atau tanah
tandus

Pada tabel 2, dapat dilihat bahwa jenis Rumput teki (Cyperus rotundus) yang paling mendominasi karena tanamn ini ada di
semua petak ukur yang telah dibuat, baik sebelum suksesi maupun setelah
suksesi, yaitu dengan jumlah 183 setelah 6 minggu suksesi dan 223 sebelum
terjadi suksesi. pada petak ke – 2, Sebelum diberi perlakuan tidak terdapat
spesies putri malu. Namun setelah diberi perlakuan terjadi penambahan spesies
putri malu. Berarti pada ekosistem padang rumput telah terjadi suksesi. Dari grafik 2 dapat diketahui bahwa
jenis yang paling mendominasi adalah rumput teki. Sedangkan pada jenis setawar
dan putri malu, jumlahnya berkisar antara 0-100 dengan penurunan jumlah yang
sangat drastis setelah 6 minggu dilakukan suksesi sekunder. Sehingga dapat diketahui bahwa kedua komunitas yang dibandingkan
benar-benar sama (persis seperti sebelum di beri perlakuan), disebabkan karena
memiliki nilai IS >75%.

Suksesi sebagai perubahan tahap demi tahap dalam minggu
ke minggu yang terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah pada
permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan yang lain. Pada suksesi kali
ini, Proses pertumbhan tanaman sangat lambat namun kita dapat mengamati
perubahan nya yang signifikan dari minggu ke minggu. Menurut Ewusie (1990) perubahan
komunitas yang terjadi disebut suksesi ekologi. Proses yang terjadi berupa
urutan-urutan yang lambat, pada umumnya perubahannya dapat diramalkan yakni
dalam hal jumlah dan jenis mahkluk organisme yang ada di suatu tempat .
Perbedaan intensitas sinar matahari, perlindungan dari angin, dan perubahan
tanah dapat merubah jenis-jenis organisme yang hidup di suatu wilayah.
Perubahan-perubahan ini dapat juga merubah populasi yang membentuk komunitas.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman bawah
setelah terjadi proses suksesi. Selain itu, proses pertumbuhan tanaman setelah
proses terjadinya suksesi membtuhkan waktu yang lama. Pada pengamatan proses
suksesi selama enam minggu ini, baru beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh dan
berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa proses suksesi membutuhkan waktu yang
panjang untuk mencapai keadaan klimaksnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Irwanto (2007) yang menyatakan bahwa Perubahan bersifat kontiniu, rentetan
suatu perkembangan komunitas yang merupakan suatu sera dan mengarah ke suatu
keadaan yang mantap (stabil) dan permanen yang disebut klimaks




Kesimpulan
1.
Spesies yang mengalami penurunan
jumlah pada ekosistem hutan setelah terjadinya suksesi adalah pakis, sedangkan
Spesies yang mengalami penurunan jumlah pada ekosistem padang rumput setelah
terjadinya suksesi adalah Rumput setawar.
2.
Spesies yang tidak tumbuh lagi
setelah diberi perlakuan pada ekosistem hutan adalah anakan Mahoni, sedangkan spesies
yang tidak tumbuh sebelum perlakuan tetapi tumbuh setelah perlakuan adalah
Anakan Sengon dan Rumput Setawar.
3.
Nilai IS Ekosistem Hutan adalah
sebesar 67.4 % dan menandakan bahwa komunitas sesudah dan sebelum perlakuan
adalah berbeda.
4.
Nilai IS pada Ekosistem Non
Hutan adalah sebesar 81.9 % dan menunjukkan bahwa komunitas sesudah dan sebelum
perlakuan adalah sama atau hamper sama.
5.
Proses suksesi yang jelas
terlihat adalah pada ekosistem padang rumput.
Saran
Sebaiknya dalam melakukan
pengamatan, praktikan harus lebih teliti lagi dalam melakukan pengamatan agar
hasil yang diperoleh menjadi lebih akurat dan hendaknya benar-benar melakukan
pengamatan setiap pekannya.

Arief, A. 1994. Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap
Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia . Jakarta.
Bruenig E.F. 1986.
Terminologie fuer Forschung und Lehre in den Fachgebieten und Vorlessungen. Mitteilung
Bundesforschungsanstalt No. 152. Hamburg.
Ewusie, J. Y. 1990.
Pengantar Ekologi Tropika. ITB. Bandung. Ilhayatuaini. 2009. Suksesi Tumbuhan. Diakses dari
http://lpdf.Ilhayatuaini.com// [4
Desember 2014] [21:00 WIB].
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Irwan,
Z. D. 1992. Prinsip – Pinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas, dan Lingkungan. Bumi Aksara.
Jakarta.
Irwanto.
2007.
Prespektif Silvika Dalam Keanekaragaman Hayati dan Silvikultur. Yogyakarta.
Jumar.
2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta : Jakarta.
Odum. 1994. Dasar – Dasar Ekologi. UGM Press. Yogyakarta
Onrizal. 2008. Petunjuk Praktikum Ekologi Hutan. Departemen
Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Sastrodinoto, S. 1980. Biologi Umum. PT Gramedia. Jakarta.
Suin, O. 2003. Ekologi Lingkungan Hidup. Djambatan. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar