Minggu, 07 Desember 2014

suksesi tumbuhan bawah

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Suksesi meliputi seluruh sistem. Di mana hal yang teratur tersebut adalah sering terjadi, suatu komponen-komponen yang baru kelompok (cluster) berkembang yang  berupa suatu simpanan dan program suksesi yang siap untuk dibebaska apabila permukaan tanah dibersihkan kembali. Walaupun pola menggambarkan proses yang berbeda untuk perubahan-perubahan yang menggantikan tempat macam sistem yang lain dan pada skala waktu yang berbeda, proses-proses pengorganisasian sendiri adalah sama, dan kebanyakan apa yang terjadi dapat diterangkan dengan kriteria ketetap-hidupan (survival) daripada suplay tenaga maksimum pada setiap tingkat ukuran. Evolusi biologis, suksesi, dan belajar seluruhnya secara esensial adalah sama, perbedaannya terutama adalah dalam kedetailan mereka dan skala waktu. Dalam suksesi ekologis komponen yang paling kecil dengan proses pemulihan yang cepat, ukuran sedang menyebarkan pilihan-pilihan darimana kompetisi dan sistem yang menguat yang menciptakan seleksi, dan yang lebih besar mungkin dikenali pola-pola memori mereka dengan proses belajar secara teratur (Odum, 1994).
            Suksesi yaitu proses perubahan yang berjalan sedikit demi sedikit dalam suatu jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Suksesi terjadi karena modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Akhir dari proses suksesi komunitas adalah terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah komunitas terakhhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan  dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya keseimbangan yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dari berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, suksesi dibedakan menjadi dua yaitu Suksesi primer dan Suksesi sekunder (Ewusie, 1990).
Jika suatu daerah yang baru pada dasarnya bebas dari kehidupan sedang akan dikelola, seperti contoh suatu sungai yang diendapakan oleh suatu bendungan pasir yang baru atau pertambangan buatan manusia didalam suatu daerah untuk batu-bara, pada awalnya komunitas yang berkembang disana adalah komunitas pionir, yang pada umumnya tidak berlaku dalam waktu yang lama. Selama waktu berbagai jenis spesies telah hilang dan terus diburu. Ini, pada gilirannya, mungkin punah dan yang lain  masih mungkin masuk. Beberapa puluh, ratusan, atau ribuan tahun yang lalu, sebuah komunitas akan mengalami perkembangan yang stabil, atau pada posisi yang stabil dikenal dengan komunitas klimaks. Proses ini, dimana pada daerah yang sama akan berturut-turut diduduki oleh komunitas yang berbeda, yang dinamakan dengan suksesi (Jumar, 2000).
Suatu organisme tidak dapat hidup menyendiri, tetapi harus hidup bersama-sama dengan organisme sejenis atau dengan yang tidak sejenis. Berbagai organisme yang hidup disuatu tempat baik yang besar atau yang kecil, tergabung dalam suatu persekutuan yang disebut komunitas biotic. Suatu komunitas biotic terikat sebagai suatu unit oleh saling ketergantungan anggota-anggotannya. Sautu komunitas adalah suatu unit fungsional dan mempunyai sruktur yang pasti. Tetapi sruktur ini sangat bervariasi, karena jenis-jenis komponenya dapat dipertukarkan menurut waktu dan ruang. Komunitas biotic terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang anggota-anggotanya bersekutu lebih akrab satu sama lain, sehingga kelompok unit kecil itu merupakan unit yang kohesi yang dinamakan populasi. Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mangalami perubahan sepanjang masa. Perkembanagan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis) (Sastrodinoto, 1980).

Tujuan
            Tujuan dari praktikum Ekologi Hutan yang berjudul ”Mempelajari Proses Suksesi Tumbuhan ” adalah untuk mengetahui tahap – tahap dan proses – proses suksesi yang terjadi pada komunitas tumbuhan bawah sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
 


TINJAUAN PUSTAKA
Berbagai macam ekosistem mempunyai produkstivitas yang berbeda dan ini banyak berkaitan dengan berbagai factor lingkungan separate iklim, topografi, sifat tanah, letak geografis, air dan ketinggian dari permukaan laut atau elevasi. Faktor waktu dan ruang merupakan faktor penting dalam menentukan produktivitas suatu ekosistem. Faktor ruang atau lahan adalah jarak ataman yang biasanya lebih rapat digarap secara intensif untuk memperoleh produktivitas yang tinggi.  Priduktivitas primer bersih jelas paling tinggi terdapat di hutan muda yang sedang tumbuh, dan harus diingat bahwa hutan yang rapat dengan biomassa yang tinggi, tidak harus mempunyai produktivitas primer bersih yang tinggi. Pohon-pohon besar mungkin sudah berhenti pertumbuhannya. Sebenarnya dalam hutan yang kelewat masak, matinya bagian-bagian tumbuhan akibat serangan hutan atau jamur dapat mengurangi biomassa tumbuhan, sedangkan produktivitas primer bersih kurang lebih tetap. Tujuan utama pengelolaan sislvikultur di hutan alam atau tanaman adalah untuk meningkatkan produktivitas sampai maksimum dari pohon yang dipanen pada waktu masih tumbuh cepat dan sebelum produktivitas primer bersih menurun (Odum, 1994).
            Di alam ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi primer terjadi bila komunitas awal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas awal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas awal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terbentuk secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung merapi, endapan lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi. Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di gunung krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah berkas letusan gunung Krakatau mula – mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan. Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karena aktivitas pengurai bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur. Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner tumbuh subur tapi sebaliknya. Sementara itu rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat mengalami pelapukan lahan. Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu. Sedangkan suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan. Baik secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substart lama dan kehidupan masih ada. Contohnya gangguan alami misalnya banjir, gelombang laut, kebakaran angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja (Ilhayatuaini, 2009).
Apabila suksesi dimulai dari titik atau tempat yang sebelumnya tidak ditempati oleh nabatah dan melewati semua tahapannya tanpa gangguan dari luar, maka suksesi itu dikenal sebagai suksesi primer atau prisere dan komunitas alaminya yang berkembang secara demikian itu dikenal sebagai komunitas primer. Contohnya adalah batuan gundul atau permukaan air. Apabila suksesi dimulai pada suatu tempat yang pernah ditempati oleh nabatah atau berbagai benih, dan yang mempunyai beberapa bagian dari sisa peninggalan nabatah    yang sebelumnya, atau bila timbulnya komuniatas disebabkan oleh gangguan manusia (seperti pembakaran, pengolahan tanah, dsb), maka suksesi itu dinamakan suksesi sekunder dan komunitasnya disebut komunitas sekunder. Contohnya adalah tanah garapan yang ditinggalkan, konsesi hutan yang ditelantarkan atau tanah tandus (Arief, 1994).
Perubahan bersifat kontinu, rentetan suatu perkembangan komunitas yang merupakan suatu sera dan mengarah ke suatu keadaan yang mantap (stabil) dan permanen yang disebut klimaks. Tansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai perubahan tahap demi tahap yang terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan yang lain. Clements (1916) membedakan enam sub-komponen : (a) nudation; (b) migrasi; (c) excesis; (d) kompetisi; (e) reaksi; (f) final stabilisasi, klimaks. Uraian Clements mengenai suksesi masih tetap berlaku. Bagaimanapun sesuatu mungkin menekankan subproses yang lain, contohnya perubahan angka dalam populasi merubah bentuk hidup integrasi atau perubahan dari genetik adaptasi populasi dalam aliran evolusi. Laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies berlangsung dengan cepat pada fase awal suksesi, kemudian menurun pada perkembangan berikutnya. Kondisi yang membatasi laju pertumbuhan populasi dan komposisi spesies pada tahap berikutnya adalah faktor lingkungan yang kurang cocok untuk mendukung kelangsungan hidup permudaan jenis-jenis tertentu (Irwanto,2007).
Mengacu pada variasi bentuk fisik suatu tempat seperti padang, pasir, danau, karang, beserta populasi tumbuhan serta binatang yang ada. Suatu ekosistem terdiri dari mahluk hidup di suatu lokasi tertentu dan unsure-unsur abiotik yang penting bagi kelangsungan mahluk hidup tersebut. Setiap jenis ekosistem memiliki campuran spesies yang unik yang berbeda dari setiap jenis ekosistem yang lain. Kombinasi tumbuhan dan binatang bisa berbeda meskipun sama-sama di hutan tropis di lereng gunung. Jika suatu ekosistem menghilang maka hilanglah pula spesies yang ada di tempat tersebut (Irwan, 1992).
            Proses suksesi sangat beragam, tergantung kondisi lingkungan. Proses suksesi pada daerah hangat, lembab dan subur dapat berlangsung selama seratus tahun. Coba bandingkan dengan kejadian suksesi pada daerah yang sangat kering. Daerah tersebut proses suksesi dapat mencapai ribuan tahun (Vansaka, 2010). 
Perubahan komunitas yang terjadi disebut suksesi ekologi. Proses yang terjadi berupa urutan-urutan yang lambat, pada umumnya perubahannya dapat diramalkan yakni dalam hal jumlah dan jenis mahkluk organisme yang ada di suatu tempat. Perbedaan intensitas sinar matahari, perlindungan dari angin, dan perubahan tanah dapat merubah jenis-jenis organisme yang hidup di suatu wilayah. Perubahan-perubahan ini dapat juga merubah populasi yang membentuk komunitas (Bruenig, 1986).
Komunitas klimaks adalah komunitas yang berada dalam keadaan setimbang dinamis dengan lingkungannya. Sedangkan tingkat sere adalah setiap tingkat/tahap dari sere, dan komunitas sere adalah setiap komunitas tumbuhan yang mewakili setiap tingkat sere. Spesies klimaks adalah suatu spesies yang berhasil beradaptasi terhadap suatu habitat sehingga spesies tersebut menjadi dominant di habitat yang bersangkutan (Onrizal, 2008).
Komunitas hutan merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh karena komunitas itu terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh, dan stabilisasi. Perubahan dalam komunitas selalu terjadi, bahkan dalam komunitas hutan yang stabil pun selalu terjadi perubahan, misalnya ada pohon-pohon yang telah tua mengalami tumbang dan mati, terjadilah pembukaan tajuk hutan, sehingga sinar matahari dapat masuk kelapisan tajuk bawah, maka anakan pohon yang semula tertekan akan tumbuh dengan baik hingga menyusun lapisan tajuk atas. Demikian seterusnya, setiap ada perubahan dalam komunitas hutan akan ada mekanisme atau proses yang mengembalikan kepada keadaan semula (Indriyanto, 2006).
Hutan yang tumbuh dan berkembang, tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama lingkungan. Di permukaan bumi kurang lebih terdapat 90% biomassa yang terdapat di dalam hutan dalam bentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dan seresah, hewan dan jasad renik. Biomassa ini adalah dari hasil fotosintesis, yang berupa sellulose, lignin, gula bersama dengan lemak, protein, damar fenol dan berbagai senyawa lainnya. Berdasarkan hukum alam, biomassa ini dimanfaatkan oleh hewan herbivora, serangga dan jasad renik yang membutuhkan oksigen dan melepaskannya lagi dalam bentuk karbon dioksida dan karbon dioksida ini dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan. Karena kebutuhan manusia maka hukum alam tersebut diubah, hutan dirusak dan dialihkan menjadi penggunaan yang lain (Suin, 2003).
 


METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
            Praktikum Ekologi Hutan yang berjudul ”Mempelajari Proses Suksesi Tumbuhan” ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Desember 2014 pada pukul 15.00 WIB. Praktikum ini dilakukan  di hutan Tridarma dan Padang Rumput, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran 20 m dan 2 m, patok, tali rafia, cangkul, golok/parang, tally sheet, dan alat tulis.
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah komunitas tumbuhan bawah  semak belukar, padang rumput, hutan dibawah tegakan campuran atau sejenis.

Prosedur Praktikum
1.        Dibuat sebuah petak contoh ukuran 1 m x 5 m di komunitas tumbuhan bawah dan kemudian dibagi menjadi lima sub petak contoh berukuran 1m x 1 m.
2.        Dilakukan analisis vegetasi pada petak tersebut, sehingga diperoleh data : nama jenis, jumlah jenis dan jumlah individu.
3.        Dibersihkan kelima sub petak contoh dari semua vegetasi yang terdapat di dalamnya dengan menggunakan cangkol dan golok/parang sampai keakar-akarnya.
4.        Diamati perkembangan jenis tumbuhan yang muncul, catat nama jenis tumbuhan dan jumlahnya pada sub petak contoh, pada selang waktu 6 pekan (minggu).
5.        Dilakukan analisis vegetasi pada minggu terakhir pengamatan seperti
sebelum diberikan perlakuan.





Analisis Data
1.   Dibuat grafik perubahan jumlah jenis dan jumlah individu jenis yang muncul setiap pekan.
2.  Dibandingkan perubahan komunitas vegetasi sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan menggunakan analisis asosiasi komunitas dengan  rumus :
IS = 
IS             =  Indeks of Similarity
W=   yang lebih rendah atau sama dengan dari dua komuniatas yang 
    dibandingkan (dalam hal ini adalah volume)
a   = Total komunitas sebelum diberi perlakuan
b   = Total komunitas setelah diberi perlakuan
Nilai IS sebesar 100 % dan terkecil 0 %. Dua komunitas memiliki IS sebesar 100 % apabila kedua komunitas yang dibandingkan benar-benar sama (persis seperti sebelum di beri perlakuan), dan dua komunitas mempunyai IS sebesar 0 % apabila kedua komunitas tersebut tersebut sama sekali berbeda. Umumnya dua komunitas dianggap sama apabila mempunyai nilai ≥ 75 %.
3.  Ditentukan macam suksesi yang diamati, suksesi primer atau suksesi sekunder.
4.  Ditentukan jenis pioner dan jenis apa yang paling akhir muncul.











 



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil yang diperoleh selama melakukan pengamatan selama 6 minggu pada dua ekosistem yaitu ekosistem hutan dan ekosistem padang rumput adalah :
Tabel 1. Suksesi Tumbuhan Bawah di Ekosistem Hutan
No S-PC
No
Nama Jenis
Perlakuan
Sebelum
Sesudah
1
1
2
Pakis (Cylosorus ardus)
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
24
20
11
9
2
1
2
Pakis (Cylosorus ardus)
Rumput Setawar (Borreira latifolia)
30
0
14
4
3
1
2
Pakis (Cylosorus ardus)
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
27
0
19
3
4
1
2
Pakis (Cylosorus ardus)
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
32
10
12
0
5
1
2
Pakis (Cylosorus ardus)
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
21
0
9
3
Jumlah


       164
84

Grafik 1. Suksesi Tumbuhan Bawah di Ekosistem Hutan Sebelum dan Sesudah  diberi
   Perlakuan    

Analisis Data Suksesi Ekosistem Hutan
IS =
IS = 2. 84/(164+84) x 100%
IS = 168/248 x 100%
IS = 0.677 X 100 %      IS = 67.7
Tabel 2. Suksesi Tumbuhan Bawah di Ekosistem Padang Rumput
No S-PC
No
Nama Jenis
Pekan
Sebelum
Sesudah
1
1
2
3
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Setawar (Borreira latifolia)
Putri Malu (Mimosa pudica)
51
16
5
34
1
3
2
1
2
3
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Setawar (Borreira latifolia)
Putri Malu (Mimosa pudica)
42
2
0
37
1
9
3
1
2
3
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Setawar (Borreira latifolia)
Putri Malu (Mimosa pudica)
50
22
7
48
3
6
4
1
2
3
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Setawar (Borreira latifolia)
Putri Malu (Mimosa pudica)
43
21
8
34
1
11
5
1
2
3
Rumput Teki (Cyperus rotundus)
Setawar (Borreira latifolia)
Putri Malu (Mimosa pudica)
37
18
8
30
3
8
Jumlah


330
229
           
Grafik 2. Suksesi Tumbuhan Bawah di Ekosistem Padang Rumput Sebelum dan Sesudah 
  diberi Perlakuan
           
Analisis Data Suksesi Ekosistem Padang Rumput
IS =
IS = 2. 229/(330+229) x 100%
IS = 458 / 559 X 100%
IS = 0.819 X 100%
IS = 81.9%



Pembahasan
            Beradasrkan tabel 1 diatas, dapat diketahui bahwa tumbuhan pionir yang paling banyak tumbuh dan mendominasi setelah dilakukan suksesi sekunder pada petak ukur adalah Pakis (Cylosorus ardus) yaitu sebanyak 65 individu dari jumlah sebelum dilakukan suksesi adalah 134 individu, dan hamper disetiap No-S-PC ditemui tumbhan pakis ini. Perbedaan jumlah ekosistem hutan sebelum dan sesudah suksesi sangat berbeda, walaupun jenis tumbuhannya hampir sama, namun jumlah individunya jauh berbeda. Dari grafik 1. Dapat dilihat jenis tumbuhan bawah yang mendominasi pada ekosistem  hutan adalah tumbuhan pakis. Dapat dibuktikan dengan garis tertinggi dari grafik yang menunjukkan tanaman pakis dan menandakan jumlah tumbhan pakislah yang paling banyak tumbuh baik sesudah maupun sebelum suksesi, walaupun jumlahnya menurun. Sehingga dapat diketahui bahwa Komunitas ini berbeda karena memiliki nilai IS >75%. Hal ini dapat terlihat dari jenis dan jumlah vegetasi yang berbeda antara sebelum dan sesudah suksesi.
Pada tabel 1, dapat dilihat bahwa jenis tanaman atau jenis tumbuhan bawah pada petak yang sudah diberi perlakuan terdapat perbedaan jumlah spesies. Berbeda dalam arti bahwa tumbuhan yang tumbuh lebih sedikit dibandingkan dengan petak yang belum duberikan perlakuan. Hal ini kemungkinan terjadi karena ekosistem atau petak yang terdapat tumbuhannya di laukakan pengrusakan secara buatan. Hal ini memungkinkan terjadinya tingkat stres yang tinggi terhadap tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indriyanto (2006) yang menyatakan bahwa Komunitas hutan merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh karena komunitas itu terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh, dan stabilisasi. Perubahan dalam komunitas selalu terjadi, bahkan dalam komunitas hutan yang stabil pun selalu terjadi perubahan, misalnya ada pohon-pohon yang telah tua mengalami tumbang dan mati, terjadilah pembukaan tajuk hutan, sehingga sinar matahari dapat masuk kelapisan tajuk bawah, maka anakan pohon yang semula tertekan akan tumbuh dengan baik hingga menyusun lapisan tajuk atas. Demikian seterusnya, setiap ada perubahan dalam komunitas hutan akan ada mekanisme atau proses yang mengembalikan kepada keadaan semula.
Ada jenis tumbuhan bawah pada yang tidak kembali tumbuh setelah dilakukan suksesi buatan/ perlakuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor. Mulai dari jenis tanah, jenis suksesi yang dibuat atau ada tidaknya biji/benih yang jatuh ke dalam petak ukur. Sedangkan jenis baru yang tumbuh setelah dilakukan pengukuran adalah Anakan sengon dan rumput setawar. Hal ini mungkin disebabkan selama pengamatan, ada biji sengan yang jatuh ke dalam petak ukur baik karena secara alami atau bantuan burung/ manusia.
            Sedangkan rumput setawar memungkinkan untuk tumbuh pertama kali setelah dilakukan suksesi buatan  karena rumput setawar merupakan jenis rumput yang cepat beradaptasi terhadap lingkungan barunya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arief (1994) yang menyatakan bahwa Apabila suksesi dimulai dari titik atau tempat yang sebelumnya tidak ditempati oleh nabatah dan melewati semua tahapannya tanpa gangguan dari luar, maka suksesi itu dikenal sebagai suksesi primer.Contohnya adalah batuan gundul atau permukaan air. Apabila suksesi dimulai pada suatu tempat yang pernah ditempati oleh nabatah atau berbagai benih, dan yang mempunyai beberapa bagian dari sisa peninggalan nabatah yang sebelumnya, atau bila timbulnya komuniatas disebabkan oleh gangguan manusia (seperti pembakaran, pengolahan tanah, dsb.), maka suksesi itu dinamakan suksesi sekunder dan komunitasnya disebut komunitas sekunder. Contohnya adalah tanah garapan yang ditinggalkan, konsesi hutan yang ditelantarkan atau tanah tandus
Dari grafik 1. dapat dilihat bahwa sebelum diberi perlakuan jumlah pakis yang ada pada ekosistem hutan berjumlah 134. Namun setelah diberi perlakuan menurun menjadi 65. Terjadi pengurangan jumlah pada pakis yaitu sebesar 69. Ini seperti yang dikatakan di atas bahwa ekosistem atau petak yang terdapat tumbuhannya di lakukan pengrusakan secara buatan. Yang artinya bahwa spesies akan mengalami penurunan jumlah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bruenig (1986) yang menyatakan bahwa perubahan komunitas yang terjadi disebut suksesi ekologi. Proses yang terjadi berupa urutan-urutan yang lambat, pada umumnya perubahannya dapat diramalkan yakni dalam hal jumlah dan jenis mahkluk organisme yang ada di suatu tempat . Perbedaan intensitas sinar matahari, perlindungan dari angin, dan perubahan tanah dapat merubah jenis-jenis organisme yang hidup di suatu wilayah. Perubahan-perubahan ini dapat juga merubah populasi yang membentuk komunitas.
            Pada tabel 2, dapat dilihat bahwa jenis Rumput teki             (Cyperus rotundus) yang paling mendominasi karena tanamn ini ada di semua petak ukur yang telah dibuat, baik sebelum suksesi maupun setelah suksesi, yaitu dengan jumlah 183 setelah 6 minggu suksesi dan 223 sebelum terjadi suksesi. pada petak ke – 2, Sebelum diberi perlakuan tidak terdapat spesies putri malu. Namun setelah diberi perlakuan terjadi penambahan spesies putri malu. Berarti pada ekosistem padang rumput telah terjadi suksesi. Dari grafik 2 dapat diketahui bahwa jenis yang paling mendominasi adalah rumput teki. Sedangkan pada jenis setawar dan putri malu, jumlahnya berkisar antara 0-100 dengan penurunan jumlah yang sangat drastis setelah 6 minggu dilakukan suksesi sekunder.  Sehingga dapat diketahui bahwa kedua komunitas yang dibandingkan benar-benar sama (persis seperti sebelum di beri perlakuan), disebabkan karena memiliki nilai IS >75%.
Pada tabel 2. Juga terlihat penurunan jumlah pada setiap spesies.  Namun ada pula yang pada sebelum perlakuan pada petak hanya memiliki dua spesies saja, setelah diberi perlakuan tiba – tiba menjadi tiga spesies. Terjadi penambahan jumlah spesies. Karena adanya proses perubahan spesies – spesies secara sedikit demi sedikit yang berbeda dengan komunitas sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pernyataaa Ewusie (1990) yang menyatakan definisi suksesi yaitu proses perubahan yang berjalan sedikit demi sedikit dalam suatu jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Suksesi terjadi karena modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Akhir dari proses suksesi komunitas adalah terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks. Komunitas klimaks adalah komunitas terakhhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan  dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya keseimbangan yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya.
Suksesi sebagai perubahan tahap demi tahap dalam minggu ke minggu yang terjadi dalam vegetasi pada suatu kecendrungan daerah pada permukaan bumi dari suatu populasi berganti dengan yang lain. Pada suksesi kali ini, Proses pertumbhan tanaman sangat lambat namun kita dapat mengamati perubahan nya yang signifikan dari minggu ke minggu. Menurut Ewusie (1990) perubahan komunitas yang terjadi disebut suksesi ekologi. Proses yang terjadi berupa urutan-urutan yang lambat, pada umumnya perubahannya dapat diramalkan yakni dalam hal jumlah dan jenis mahkluk organisme yang ada di suatu tempat . Perbedaan intensitas sinar matahari, perlindungan dari angin, dan perubahan tanah dapat merubah jenis-jenis organisme yang hidup di suatu wilayah. Perubahan-perubahan ini dapat juga merubah populasi yang membentuk komunitas.
Kondisi tempat tumbuh sebelum dan sesudah dilakukan suksesi sangat berbeda. Sebelum dilakukan suksesi, keadaan tempat tumbuh (tapak) sangat padat ditumbuhi oleh banyak individu secara rapat. Setalah dilakukan suksesi keadaan tempat tumbuh menjadi kosong tanpa vegetasi. Namun setiap minggunya mulai bermunculan individu-individu baru yang sangat lambat proses perkembangannya. Hingga minggu ke enam pengamatan, jumlah vegetasi yang muncul belum mampu mengimbangi banyaknya vegetasi sebelum dilakukan suksesi. Hal ini membuktikan bahwa faktor waktu dalam proses suksesi sangat menentukan banyaknya vegetasi.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman bawah setelah terjadi proses suksesi. Selain itu, proses pertumbuhan tanaman setelah proses terjadinya suksesi membtuhkan waktu yang lama. Pada pengamatan proses suksesi selama enam minggu ini, baru beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh dan berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa proses suksesi membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai keadaan klimaksnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto (2007) yang menyatakan bahwa Perubahan bersifat kontiniu, rentetan suatu perkembangan komunitas yang merupakan suatu sera dan mengarah ke suatu keadaan yang mantap (stabil) dan permanen yang disebut klimaks
           

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.            Spesies yang mengalami penurunan jumlah pada ekosistem hutan setelah terjadinya suksesi adalah pakis, sedangkan Spesies yang mengalami penurunan jumlah pada ekosistem padang rumput setelah terjadinya suksesi adalah Rumput setawar.
2.            Spesies yang tidak tumbuh lagi setelah diberi perlakuan pada ekosistem hutan adalah anakan Mahoni, sedangkan spesies yang tidak tumbuh sebelum perlakuan tetapi tumbuh setelah perlakuan adalah Anakan Sengon dan Rumput Setawar.
3.            Nilai IS Ekosistem Hutan adalah sebesar 67.4 % dan menandakan bahwa komunitas sesudah dan sebelum perlakuan adalah berbeda.
4.            Nilai IS pada Ekosistem Non Hutan adalah sebesar 81.9 % dan menunjukkan bahwa komunitas sesudah dan sebelum perlakuan adalah sama atau hamper sama.
5.            Proses suksesi yang jelas terlihat adalah pada ekosistem padang rumput.

Saran
Sebaiknya dalam melakukan pengamatan, praktikan harus lebih teliti lagi dalam melakukan pengamatan agar hasil yang diperoleh menjadi lebih akurat dan hendaknya benar-benar melakukan pengamatan setiap pekannya.










DAFTAR PUSTAKA
Arief, A.  1994. Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia . Jakarta.

Bruenig E.F. 1986. Terminologie fuer Forschung und Lehre in den Fachgebieten    und Vorlessungen. Mitteilung Bundesforschungsanstalt No. 152.     Hamburg.

Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. ITB. Bandung. Ilhayatuaini. 2009. Suksesi Tumbuhan. Diakses dari http://lpdf.Ilhayatuaini.com// [4 Desember 2014] [21:00 WIB].

Indriyanto,     2006.       Ekologi   Hutan. PT  Bumi Aksara. Jakarta.

Irwan, Z. D. 1992. Prinsip – Pinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem,        Komunitas, dan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.

Irwanto. 2007. Prespektif Silvika Dalam Keanekaragaman Hayati dan Silvikultur. Yogyakarta.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta : Jakarta.

Odum. 1994. Dasar – Dasar Ekologi. UGM  Press. Yogyakarta

Onrizal. 2008. Petunjuk Praktikum Ekologi Hutan. Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sastrodinoto, S. 1980. Biologi Umum. PT Gramedia. Jakarta.
Suin, O. 2003.  Ekologi Lingkungan   Hidup.  Djambatan.  Bandung.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar