Latar
Belakang
Media
tanam merupakan untuk tumbuhya tanaman, untuk itu maka media tanaman harus
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sesuai dengan kebutuhannya, secara umum media
tanam tanaman dapat dibedakan menjadi
beberapa kriteria yakni: tanaman yang suka kering (xerofit), tanaman yang suka
agak lembab (mesofit) dan tanaman yang suka lembab (hidrofit). Bagi tanaman,
media tanam memliki banyak peran. Bahan ini merupakan tempat bertumpu agar
tanaman bisa berdiri tegak. Di dalamnya juga terkandung hara, air, dan udara
yang dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu media tanam juga
digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar,agar tajuk tanaman dapat
tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi
tanaman. Media tanam yang baik tidak
menginvestasi hama atau penyakit tanaman. Jika masih mengandung bibit
hama/penyakit, tanaman dapat terganggu kehidupannya. Oleh karena itu sebaiknya
dipilih media tanam yang paling sedikit potensi serangan hama/penyakit. Untuk
lebih memastikannya, perlu dilakukan sterilisasi media tanam. Dengan
sterilisasi, potensi serangan hama/penyakit dapat dihilangkan, sehingga media
aman untuk digunakan. Menurut Conover, (1981) dan Poole & Joiner, (1994)
media yang baik tidak menjadi sumber penyakit namun menguntungkan bagi
pertumbuhan mikroorganisme (Hendromono, 1991).
Bagian
penting dari media tanam adalah tanah,tanah yang baik memiliki kedalaman
topsoil. Top soil merupakan lapisan tanah yang berada pada lapisan paling
atas,tanah sebagai tempat penyedia hara tanaman dapat dikelompokan atas dua
yaitu lahan basah dan lahan kering.akan tetapi tanah memiliki struktur,
struktur tanah yang baik adalah tanah yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan
air yang cukup dan mudah untuk presipitasi akar (Hanum, 2000).
Untuk membangun
hutan tanaman ataupun melakukan permudaan buatan terhadap tegakan setelah
penebangan, mutlak diperlukan persediaan bibit yang memiliki kualitas baik dan
jumlahnya mencukupi kebutuhan penanaman. Persediaan bibit tersebut bisa
dipenuhi dengan cara membangun persemaian. Persemaian atau pembibitan merupakan
salah satu gatra kegiatan yang dilakukan dalam budidaya pohon hutan (Darjadi
dan Hardjono, 1976).
Pertumbuhan
tanaman didefinisikan sebagai bertambah besarnya tanaman yang diikuti oleh
peningkatan berat kering. Proses pertumbuhan tanaman terdiri dari pembelahan
sel, perbesaran sel dan diferensiasi sel. Dalam upaya perbanyakan tanaman
dengan cara pembiakan generatif atau penyemaian dengan biji biasanya
membutuhkan waktu yang lama, tetapi dapat dibiakkan dalam jumlah yang banyak
dengan pertumbuhan yang seragam serta memiliki perakaran yang kuat agar tanaman
tidak mudah roboh. Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh dan perkembangan
akar serta tempat tanaman mengabsorpsi unsur hara dan air. Jenis dan sifat
media tanam berperan alam ketersediaan unsur hara dan air sehingga berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perbedaan karakteristik media terutama
pada kandungan unsur hara lagi tanaman dan daya mengikat air tercermin pada
porositas, kelembaban dan aerasi (Nugraha, 2008).
Media tumbuh
untuk penyapihan bibit harus memenuhi kualifikasi yang mencakup antara lain
mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman,
mempunyai drainase dan aerasi baik, bisa mempertahankan kelembaban di sekitar
akar tanaman, tidak mudah lapuk, tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman,
mudah diperoleh dan harganya murah. Tanah lapisan atas saja tidak selalu
memenuhi kualifikasi yang mencakup enam hal penting tersebut, sehingga
penggunaan bahan campuran media misalnya gambut, serbuk gergaji, sabut kelapa,
atau sekam padi merupakan alternatif untuk memperbaiki media tumbuh bibit
(Agoes, 1994).
Tujuan
Untuk
mengetahui media tanam yang terbaik bagi pertumbuhan semai Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Akasia (Acacia auriculiformis)
dan Saga (Adenanthera pavoninna).
Serta mengetahui cara dalam mnanam bibit di dalam polybag dengan beberapa
perlakuan.
Media tanam adalah tempat bertumpu agar
tanaman bisa berdiri tegak. Di dalamnya juga terkandung hara, air, dan udara
yang dibutuhkan oleh tanaman. Disamping
itu media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar,agar
tajuk tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai
sarana untuk menghidupi tanaman. Tanaman mendapatkan makanan yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara menyerap unsur-unsur hara
yang terkandung di dalam media tanam. Kandungan hara yang banyak di
dalam media bukanlah syarat mutlak, sebab nutrisi dapat diperoleh kapan saja
dari pemupukan, meskipun media yang digunakan tidak mengandung nutrisi sama
sekali. Terkadang dikehendaki media tanam yang berkadar nutrisi rendah atau
sama sekali tidak ada kandungannya, dan nutrisi hanya diberikan dari pupuk
anorganik dengan perhitungan yang cermat. Dengan demikian perhitungan nutrisi
tidak terkacaukan oleh nutrisi yang telah ada yang kadar dan komposisinya belum
diketahui. pH media berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Pada pH yang tidak tepat, beberapa unsur hara tidak dapat larut dengan baik dan
tidak dapat diserap oleh akar dalam jumlah yang mencukupi. Media tanam
dengan pH tinggi dapat diubah dengan pengapuran, sedangkan pH terlalu rendah
dapat dilakukan penambahan unsur belerang (Dwidjoseputro, 1980).
Hubungan tanaman dengan media tanamnya
seperti tanah sangat erat kaitannya,misalnya antara tanah dan akar.Sifat-sifat
tanah ini juga berubah-ubah dan perubahan ini sangat kompleks.Oleh karena
hubungan timbal balik yang sangat erat ini maka antara tanaman itu sendiri
dengan tanahnya akan berpengaruh satu sama lain. Dikatakan hubungan
kompleks karena bukan tanah itu sendiri yang mempengaruhi tetapi ada faktor
lain yang bekerja,sehingga terbentuklah hubungan timbal balik tadi .Misalnya: air dalam
tanah & mikroorganisme (Haryati, 2003).
Media tanam
merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan
digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan
media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat
asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki
kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus
dapat menjaga kelembapan daerah
sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Jenis
media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam
berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis.
Bahan-bahan
tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi
bisa dikombinasikan
antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya, pakis dan arang
dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata. Berdasarkan jenis bahan
penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik. Contoh bahan organik adalah arang, kompos, pupuk kandang, sekam
padi dan contoh bahan An-organik adalah pasir, kerikil, gabus, tanah liat, pecahan batu bata (Goldsworthy
dan Fisher, 1992).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi media tanamnya. Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain tidak cepat lapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi dan draenasi yang baik, mampu mengikat air dan zat hara yang baik dan mudah diperoleh dalam jumlah yang banyak.Tiap jenis media tanam memiliki kapasitar menyimpan hara, air dan udara yang berlainan. Demikian pula dengan tanaman, tiap jenis butuh persyaratan hidup yang berbeda. Berikut petunjuk praktis memilih media tanam adalah sebagai berikut:mengenal jenis dan sifat : Ada banyak jenis media tanam yang bisa dibeli. Tiap jenis memiliki bentuk, ukuran dan sifat yang berlainan. Media tanam berbentuk serpihan mampu menyimpan air lebih lama dan dalam jumlah banyak. Contohnya humus bambu. Sebaliknya, media tanam berbentuk silindris dan bulat bersifat mudah melepas air, semisal akar pakis dan coco fiber. Sedangkan media tanam berbentuk bulat diantaranya adalah pasir malang dan tanah. Ukuran butiran juga menentukan kemampuan benda tersebut menyimpan air. Semakin kecil diameternya, kian besar kemampuannya menyimpan air.
Sesuaikan
dengan jenis tanaman : Tiap jenis tanaman butuh
jenis media tanam berlainan. Tanaman penghuni daerah kering seperti Kaktus, Adenium, Euphorbia,
dan Pachipodium sebaiknya ditanam menggunakan media tanam yang bersifat
porus dan mudah membuang air. Tanaman seperti itu dicirikan oleh jumlah daun
sedikit dan berukuran kecil. Sebaliknya, jenis tanaman penyuka kondisi lembap
harus ditanam menggunakan media tanam yang mampu menyimpan air secara baik. Flora ini dicirikan oleh
ukuran daunnya yang lebar.
Semisal Aglaonema, Philodendron, dan Anthurium. .
Perhatikan kondisi lingkungan : Pemilihan media tanam juga harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Bila cuaca di tempat Anda berhawa panas dan kering, disarankan memilih jenis media tanam yang memiliki kemampuan menyimpan air yang kuat. Sebaliknya, bila kondisi cuaca tempat tinggal sering berkabut dan lembap, disarankan agar memilih media tanam yang porus. Media tanam seperti ini mudah mengaliirkan air. Sehingga membuat sistem perakaran tidak terlalu lembap dan menjadi busuk.
Kenali pertumbuhan tanaman : Umumnya, tanaman muda yang masih dalam persemaian belum butuh pasokan hara dari luar karena masih memiliki cadangan makanan (Daniel, 1992).
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi media tanamnya. Media tumbuh yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain tidak cepat lapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi dan draenasi yang baik, mampu mengikat air dan zat hara yang baik dan mudah diperoleh dalam jumlah yang banyak.Tiap jenis media tanam memiliki kapasitar menyimpan hara, air dan udara yang berlainan. Demikian pula dengan tanaman, tiap jenis butuh persyaratan hidup yang berbeda. Berikut petunjuk praktis memilih media tanam adalah sebagai berikut:mengenal jenis dan sifat : Ada banyak jenis media tanam yang bisa dibeli. Tiap jenis memiliki bentuk, ukuran dan sifat yang berlainan. Media tanam berbentuk serpihan mampu menyimpan air lebih lama dan dalam jumlah banyak. Contohnya humus bambu. Sebaliknya, media tanam berbentuk silindris dan bulat bersifat mudah melepas air, semisal akar pakis dan coco fiber. Sedangkan media tanam berbentuk bulat diantaranya adalah pasir malang dan tanah. Ukuran butiran juga menentukan kemampuan benda tersebut menyimpan air. Semakin kecil diameternya, kian besar kemampuannya menyimpan air.
Perhatikan kondisi lingkungan : Pemilihan media tanam juga harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Bila cuaca di tempat Anda berhawa panas dan kering, disarankan memilih jenis media tanam yang memiliki kemampuan menyimpan air yang kuat. Sebaliknya, bila kondisi cuaca tempat tinggal sering berkabut dan lembap, disarankan agar memilih media tanam yang porus. Media tanam seperti ini mudah mengaliirkan air. Sehingga membuat sistem perakaran tidak terlalu lembap dan menjadi busuk.
Kenali pertumbuhan tanaman : Umumnya, tanaman muda yang masih dalam persemaian belum butuh pasokan hara dari luar karena masih memiliki cadangan makanan (Daniel, 1992).
Media tanam dengan campuran pupuk yang kaya zat
hara baru disuguhkan setelah daun lembaga telah gugur. Atau setelah daun asli yang pertama telah
tumbuh. Sintetis atau alami :
Anda juga bisa memilih media sintetis. Media tanam seperti ini bersifat lebih
bersih dan bebas kuman dibandingkan dengan media tanam alami. Contoh media
sintetis yang banyak diperjualbelikan adalah media gel. Benda ini banyak
diterapkan dalam sistem hidroponik Harga media tanam sintetik tentu lebih mahal
bila dibanding dengan media tanam alami. Anda juga harus rajin menambahkan
larutan hara dengan dosis tepat menuju media
tanam ini media
tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam.
Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda
habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah
memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda (Hanum, 2000).
Waktu dan Tempat
Praktikum silvika yang berjudul “Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman”yang dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2014
pukul 09.00 wib. Praktikum ini
dilakukan di laboratorium ekologi, program studi kehutanan, Universitas Sumatera Utara dan dilanjutkan di halaman program studi
kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah tongkat kecil, mangkok, sprayer, tally sheet, dan alat tulis.sedangkan bahan yang
digunakan polybag kecil (6,5 cm x 15 cm), media tanam (top soil dan sekam
padi), pasir halus, dan kertas label.
Prosedur
1. Siapkan polybag yang ukurannya telah ditentukan.
2. Siapkan media tanam yang terdiri
dari komposisi : (Topsoil 100% ), (Topsoil : sekam padi 2: 1), (Topsoil : sekam
padi 1 : 1),lalu campurkan secara merata.
3. Buat masing-masing 5 ulangan untuk
masing-masing spesies.
4. Lalu beri label dan siram
secukupnya.
5. Cabut anakan dari bedeng
tabor,secara hati-hati,Ltakan pada mangkok kecil yang telah diisi air.
6. Buat lubang pada media dal;am polybag,tanam
anakan jangan sampai akarnya terlipat,tutup dengan pasir halus sampai leher
akar,padatkan.
7. Siramkan kembali dengan air.
8. Pengamatan dilakukan setiap seminggu
sekali.
9. Pemeliharaan dilakukan secara
rutin,lalu ukur tinggi dan persen hidupnya.
10. Buatlah grafik pertumbuhan,berikan
analisis anda,dan buat kesimpulan.
Hasil
Hasil
dari praktikum pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan kecambah adalah sebagi
berikut:
Tabel 1. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter Bibit
Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan
perlakuan Top soil 100%
|
Spesies
|
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-4
(T/D)
|
1
|
Sengon
1
|
7
|
7
|
7
|
-
|
2
|
Sengon
2
|
6
|
6
|
6
|
-
|
3
|
Sengon
3
|
6
|
6
|
6
|
6/0,1
|
4
|
Sengon
4
|
7,5
|
7,5
|
8
|
8/0,2
|
5
|
Sengon
5
|
7
|
7
|
7
|
-
|
Tabel 2. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter
Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan
perlakuan Top soil : Sekam Padi 1 : 1
No
|
Spesies
|
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-4
(T/D)
|
1
|
Sengon
1
|
8
|
8
|
8
|
9/0,25
|
2
|
Sengon
2
|
6
|
7
|
8
|
-
|
3
|
Sengon
3
|
8
|
8
|
8
|
8/0,2
|
4
|
Sengon
4
|
6,5
|
7
|
7
|
7/0,16
|
5
|
Sengon
5
|
6
|
6
|
7
|
-
|
Tabel 3. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter
Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria)
dengan perlakuan Top soil : Sekam padi 2
: 1
No
|
Spesies
|
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-4
(T/D)
|
1
|
Sengon
1
|
9
|
8
|
8
|
-
|
2
|
Sengon
2
|
7
|
7
|
8
|
-
|
3
|
Sengon
3
|
7
|
7
|
9
|
9/0,29
|
4
|
Sengon
4
|
7
|
7
|
7
|
7/0,15
|
5
|
Sengon
5
|
7
|
7
|
7
|
-
|
Tabel 4. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter
Bibit Saga (Adenanthera pavininna) dengan
perlakuan Top soil 100%
No
|
Spesies
|
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-4
(T/D)
|
1
|
Saga 1
|
6,5
|
7
|
7,5
|
8,1/0,11
|
2
|
Saga 2
|
9
|
9,5
|
9,7
|
10/0,15
|
3
|
Saga 3
|
7,5
|
8
|
8,5
|
9,21/0,12
|
4
|
Saga 4
|
11
|
11,5
|
11,8
|
12/0,18
|
5
|
Saga 5
|
8
|
8,5
|
9
|
9,5/0,13
|
Tabel 5. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter
Bibit Saga (Adenanthera pavininna) dengan
perlakuan Top soil : Sekam Padi 1 : 1
No
|
Spesies
|
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-4
(T/D)
|
1
|
Saga 1
|
9
|
9,2
|
9,8
|
10,2/0,15
|
2
|
Saga 2
|
7,5
|
11
|
11,5
|
12/0,20
|
3
|
Saga 3
|
7,5
|
9
|
9,3
|
9,7/0,12
|
4
|
Saga 4
|
11
|
11,2
|
11,5
|
11,9/0,18
|
5
|
Saga 5
|
5,5
|
6
|
6,4
|
6,8/0,10
|
Tabel 6. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter
Bibit Saga (Adenanthera pavininna)
dengan perlakuan Top soil : Sekam padi 2
: 1
No
|
Spesies
|
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-4
(T/D)
|
1
|
Saga 1
|
6
|
9
|
9,5
|
10/0,12
|
2
|
Saga 2
|
10
|
10,3
|
10,8
|
11/0,15
|
3
|
Saga 3
|
7
|
8,5
|
8,8
|
9/0,11
|
4
|
Saga 4
|
8
|
11
|
11,5
|
12,2/0,23
|
5
|
Saga 5
|
9,5
|
9,8
|
10
|
10,5/0,16
|
Tabel 7. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter
Bibit Akasia (Acacia auriculiformis) dengan perlakuan Top soil 100%
No
|
Spesies
|
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-4
(T/D)
|
1
|
Akasia 1
|
3
|
4
|
4,2
|
4,5/0,19
|
2
|
Akasia 2
|
3
|
3,5
|
3,8
|
-
|
3
|
Akasia 3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Akasia 4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Akasia 5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 8. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter
Bibit Akasia (Acacia auriculiformis) dengan perlakuan Top soil : Sekam Padi 1 : 1
No
|
Spesies
|
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-4
(T/D)
|
1
|
Akasia 1
|
3
|
4
|
4,6
|
-
|
2
|
Akasia 2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
Akasia 3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
Akasia 4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Akasia 5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tabel 9. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter
Bibit Akasia (Acacia auriculiformis) dengan perlakuan Top soil : Sekam padi 2 : 1
No
|
Spesies
|
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
|
Minggu
Ke-4
(T/D)
|
1
|
Akasia 1
|
4
|
4,5
|
4,8
|
5,3/0,2
|
2
|
Akasia 2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
Akasia 3
|
-
|
-
|
-
|
|
4
|
Akasia 4
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
Akasia 5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Grafik
1. Pertambahan tinggi bibit Sengon (paraserianthes falcataria) dengan
perlakuan top soil 100%.
Grafik
2. Pertambahan tinggi bibit Sengon (Paraserianthes
falcataria) dengan perlakuan top soil : sekam padi (1:1)
Grafik
3. Pertambahan tinggi bibit Sengon (Paraserianthes
falcataria) dengan perlakuan top soil : sekam padi (2:1)
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
pada spesies terjadi paada media top soil : sekam (2:1). Hal ini dikarenakan
kerapatan tanah yang sedikit berkurang karena penambahan sekam sehingga
pori-pori tanah menjadi renggang dan kebutuhan oksigen tanaman dapat
terpenuhi dengan baik. Selanjutnya adalah pada media top soil:sekam padi (1:1).
Pertumbuhan sedikit lebih rendah di bawah media top soil 100%. Hal ini karena
kebutuhan akan unsur hara dari tanah lebih sedikit, karena perbandingan antara
top soil dan sekam adalah sama, sehigga walau kebutuhan air dan oksigen mungkin
terpenuhi, tetapi kebutuhan akan bahan organik dari tanah kurang tersedia mengingat sekam sangat
susah terurai menjadi unsur hara bagi tanaman.
Pertumbuhan tanaman
settiap minnggu pada bibit sengon dengan perlakuan top soil 100% relative hampir sama, hal ini mungkin
disebabakan karena kerapatan tanah yang terlalu rapat sehinnga mengakibatkan
udara masuk dan akar tanaman yang masih
sangat kecil sulit dalam mengambil makanan dari dalam tanah.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Agustina (2004) yang menyatakan bahwa media tanam adalah tempat bertumpu agar tanaman bisa berdiri tegak.
Di dalamnya juga terkandung hara, air, dan udara yang dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu media tanam juga digunakan
tanaman sebagai tempat berpegangnya akar,agar tajuk tanaman dapat Paraserianthes
falcataria dapat ditemukan bahwa pertumbuhan yang paling cepat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan
sebagai sarana untuk menghidupi tanaman. Tanaman mendapatkan makanan yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara menyerap
unsur-unsur hara yang terkandung di dalam media tanam.
Pada bibit akasia yang
ditanam, didapatkan juga hasil bahwa media yang baik adalah top soil: sekam
padi 2:1, meskipin bibit akasia rata-rata mati, namun kematian yang paling
cepat terdapat pada bibit akasia yang ditanam di media yang ditanbahkan NPK,
hal ini karena bibit akasia yang memang
sulit dalam bertumbuh tidak dikondisi lingkungannya. Dan juga bibit yang belum
siap dalam menyerap unsur-unsur kimia. Kematian yang terjadi juga mungkin di
disebabkan oleh kondisi cuaca yang lembab dan curah hujan yang juga tinggi.
Tinggi bibit akasia yang teringgi adalah sebesar 4,8 cm dan bibit ini juga hidup sampai minggu
keempat.
Kesimpulan
1. Pertumbuhan
yang baik untuk semai saga (Adenanthera pavonina) dan sengon (Paraserianthes
falcataria) berada pada media Top soil 100%.
2. Pertumbuhan
yang tidak baik untuk semai akasia (Acacia auriculiformis) berada
pada media Top soil : sekam padi (2:1)
3. Media tanam merupakan salah satu faktor terpenting dalam
proses pertubuhan tanaman, karena setiap proses metabolisme tanaman berasal
dari tanah
4. Setiap tanaman membutuhkan media tanam berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
5. Untuk
media pertumbuhan semai yang paling baik harus mempunyai bahan organik yang
cukup dan pengairan yang baik terhadap tanaman tersebut.
Saran
Sebaiknya
praktikum pengaruh media terhadap semai dilakukan di tempat yang terlindungi
dari faktor luar seperti cuaca, karena dapat mengganggu hasil pengamatan semai.