Senin, 29 Desember 2014

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Media tanam merupakan untuk tumbuhya tanaman, untuk itu maka media tanaman harus sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sesuai dengan kebutuhannya, secara umum media tanam tanaman  dapat dibedakan menjadi beberapa kriteria yakni: tanaman yang suka kering (xerofit), tanaman yang suka agak lembab (mesofit) dan tanaman yang suka lembab (hidrofit). Bagi tanaman, media tanam memliki banyak peran. Bahan ini merupakan tempat bertumpu agar tanaman bisa berdiri tegak. Di dalamnya juga terkandung hara, air, dan udara yang dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar,agar tajuk tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman. Media tanam yang baik tidak menginvestasi hama atau penyakit tanaman. Jika masih mengandung bibit hama/penyakit, tanaman dapat terganggu kehidupannya. Oleh karena itu sebaiknya dipilih media tanam yang paling sedikit potensi serangan hama/penyakit. Untuk lebih memastikannya, perlu dilakukan sterilisasi media tanam. Dengan sterilisasi, potensi serangan hama/penyakit dapat dihilangkan, sehingga media aman untuk digunakan. Menurut Conover, (1981) dan Poole & Joiner, (1994) media yang baik tidak menjadi sumber penyakit namun menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme (Hendromono, 1991).
Bagian penting dari media tanam adalah tanah,tanah yang baik memiliki kedalaman topsoil. Top soil merupakan lapisan tanah yang berada pada lapisan paling atas,tanah sebagai tempat penyedia hara tanaman dapat dikelompokan atas dua yaitu lahan basah dan lahan kering.akan tetapi tanah memiliki struktur, struktur tanah yang baik adalah tanah yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan air yang cukup dan mudah untuk presipitasi akar (Hanum, 2000).
Untuk membangun hutan tanaman ataupun melakukan permudaan buatan terhadap tegakan setelah penebangan, mutlak diperlukan persediaan bibit yang memiliki kualitas baik dan jumlahnya mencukupi kebutuhan penanaman. Persediaan bibit tersebut bisa dipenuhi dengan cara membangun persemaian. Persemaian atau pembibitan merupakan salah satu gatra kegiatan yang dilakukan dalam budidaya pohon hutan (Darjadi dan Hardjono, 1976).
Pertumbuhan tanaman didefinisikan sebagai bertambah besarnya tanaman yang diikuti oleh peningkatan berat kering. Proses pertumbuhan tanaman terdiri dari pembelahan sel, perbesaran sel dan diferensiasi sel. Dalam upaya perbanyakan tanaman dengan cara pembiakan generatif atau penyemaian dengan biji biasanya membutuhkan waktu yang lama, tetapi dapat dibiakkan dalam jumlah yang banyak dengan pertumbuhan yang seragam serta memiliki perakaran yang kuat agar tanaman tidak mudah roboh. Media tanam berfungsi sebagai tempat tumbuh dan perkembangan akar serta tempat tanaman mengabsorpsi unsur hara dan air. Jenis dan sifat media tanam berperan alam ketersediaan unsur hara dan air sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Perbedaan karakteristik media terutama pada kandungan unsur hara lagi tanaman dan daya mengikat air tercermin pada porositas, kelembaban dan aerasi                 (Nugraha, 2008).
Media tumbuh untuk penyapihan bibit harus memenuhi kualifikasi yang mencakup antara lain mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, mempunyai drainase dan aerasi baik, bisa mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman, tidak mudah lapuk, tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman, mudah diperoleh dan harganya murah. Tanah lapisan atas saja tidak selalu memenuhi kualifikasi yang mencakup enam hal penting tersebut, sehingga penggunaan bahan campuran media misalnya gambut, serbuk gergaji, sabut kelapa, atau sekam padi merupakan alternatif untuk memperbaiki media tumbuh bibit (Agoes, 1994).

Tujuan
            Untuk mengetahui media tanam yang terbaik bagi pertumbuhan semai Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Akasia (Acacia auriculiformis) dan Saga (Adenanthera pavoninna). Serta mengetahui cara dalam mnanam bibit di dalam polybag dengan beberapa perlakuan.



TINJAUAN PUSTAKA
Media tanam adalah tempat bertumpu agar tanaman bisa berdiri tegak. Di dalamnya juga terkandung hara, air, dan udara yang dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar,agar tajuk tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman. Tanaman mendapatkan makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara menyerap unsur-unsur hara yang terkandung di dalam media tanam. Kandungan hara yang banyak di dalam media bukanlah syarat mutlak, sebab nutrisi dapat diperoleh kapan saja dari pemupukan, meskipun media yang digunakan tidak mengandung nutrisi sama sekali. Terkadang dikehendaki media tanam yang berkadar nutrisi rendah atau sama sekali tidak ada kandungannya, dan nutrisi hanya diberikan dari pupuk anorganik dengan perhitungan yang cermat. Dengan demikian perhitungan nutrisi tidak terkacaukan oleh nutrisi yang telah ada yang kadar dan komposisinya belum diketahui. pH media berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pada pH yang tidak tepat, beberapa unsur hara tidak dapat larut dengan baik dan tidak dapat diserap oleh akar dalam jumlah yang mencukupi. Media tanam dengan pH tinggi dapat diubah dengan pengapuran, sedangkan pH terlalu rendah dapat dilakukan penambahan unsur belerang (Dwidjoseputro, 1980).
Hubungan tanaman dengan media tanamnya seperti tanah sangat erat kaitannya,misalnya antara tanah dan akar.Sifat-sifat tanah ini juga berubah-ubah dan perubahan ini sangat kompleks.Oleh karena hubungan timbal balik yang sangat erat ini maka antara tanaman itu sendiri dengan tanahnya akan berpengaruh satu sama lain. Dikatakan hubungan kompleks karena bukan tanah itu sendiri yang mempengaruhi tetapi ada faktor lain yang bekerja,sehingga terbentuklah hubungan timbal balik tadi .Misalnya: air dalam tanah & mikroorganisme (Haryati, 2003).
            Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan            daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan         unsur hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama.    Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis.         Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal,                     tetapi  bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya,         pakis dan    arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru.  Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata. Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik. Contoh bahan organik adalah arang, kompos, pupuk kandang,      sekam padi dan contoh bahan An-organik adalah  pasir, kerikil, gabus, tanah liat,                pecahan batu bata (Goldsworthy dan Fisher, 1992).
            Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi media tanamnya. Media tumbuh
yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain tidak cepat lapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi dan draenasi yang baik, mampu mengikat air dan zat hara yang baik dan mudah diperoleh dalam jumlah yang banyak.Tiap jenis media tanam memiliki kapasitar menyimpan hara, air dan udara yang berlainan. Demikian pula dengan tanaman, tiap jenis butuh persyaratan hidup yang berbeda. Berikut  petunjuk praktis memilih media tanam adalah sebagai berikut:mengenal jenis dan sifat : Ada banyak jenis media tanam yang bisa dibeli. Tiap jenis memiliki bentuk, ukuran dan sifat yang berlainan. Media tanam berbentuk serpihan mampu menyimpan air lebih lama dan dalam jumlah banyak. Contohnya humus bambu. Sebaliknya, media tanam berbentuk silindris dan bulat bersifat mudah melepas air, semisal akar pakis dan coco fiber. Sedangkan media tanam berbentuk bulat diantaranya adalah pasir malang dan tanah. Ukuran butiran juga menentukan kemampuan benda tersebut menyimpan air. Semakin kecil diameternya, kian besar kemampuannya menyimpan air.
Sesuaikan dengan jenis tanaman : Tiap jenis tanaman butuh jenis media tanam berlainan. Tanaman penghuni daerah kering seperti   Kaktus, Adenium, Euphorbia, dan Pachipodium sebaiknya ditanam menggunakan media tanam yang bersifat porus dan mudah membuang air. Tanaman seperti itu dicirikan oleh jumlah daun sedikit dan berukuran kecil. Sebaliknya, jenis tanaman penyuka kondisi lembap harus ditanam menggunakan media tanam                                 yang mampu menyimpan air secara baik. Flora ini dicirikan oleh ukuran     daunnya yang lebar. Semisal Aglaonema, Philodendron, dan Anthurium. .
Perhatikan kondisi lingkungan : Pemilihan media tanam juga harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Bila cuaca di tempat Anda berhawa panas dan kering, disarankan memilih jenis media tanam yang memiliki kemampuan menyimpan air yang kuat. Sebaliknya, bila kondisi cuaca tempat
                    tinggal sering berkabut dan lembap, disarankan agar memilih media tanam                             yang porus. Media tanam seperti ini mudah mengaliirkan air. Sehingga membuat sistem perakaran tidak terlalu lembap dan menjadi busuk.
Kenali pertumbuhan tanaman : Umumnya, tanaman muda yang masih dalam persemaian belum butuh pasokan hara dari luar karena masih memiliki cadangan makanan
(Daniel, 1992).
 Media tanam dengan  campuran pupuk yang kaya zat hara baru disuguhkan setelah daun lembaga telah gugur. Atau setelah daun asli yang pertama telah tumbuh. Sintetis atau alami : Anda juga bisa memilih media sintetis. Media tanam seperti ini bersifat lebih bersih dan bebas kuman dibandingkan dengan media tanam alami. Contoh media sintetis yang banyak diperjualbelikan adalah media gel. Benda ini banyak diterapkan dalam sistem hidroponik Harga media tanam sintetik tentu lebih mahal bila dibanding dengan media tanam alami. Anda juga harus rajin menambahkan larutan hara dengan dosis tepat menuju media tanam ini media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda (Hanum, 2000).



METODE  PRATIKUM
Waktu dan Tempat
            Praktikum silvika yang berjudul Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanamanyang dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2014 pukul 09.00 wib. Praktikum ini dilakukan  di laboratorium ekologi, program studi kehutanan, Universitas Sumatera Utara dan  dilanjutkan di halaman program studi kehutanan  Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini  adalah tongkat kecil, mangkok, sprayer, tally sheet, dan alat tulis.sedangkan bahan yang digunakan polybag kecil (6,5 cm x 15 cm), media tanam (top soil dan sekam padi), pasir halus, dan kertas label.

Prosedur
1.      Siapkan polybag yang ukurannya  telah ditentukan.
2.      Siapkan media tanam yang terdiri dari komposisi : (Topsoil 100% ), (Topsoil : sekam padi 2: 1), (Topsoil : sekam padi 1 : 1),lalu campurkan secara merata.
3.      Buat masing-masing 5 ulangan untuk masing-masing spesies.
4.      Lalu beri label dan siram secukupnya.
5.      Cabut anakan dari bedeng tabor,secara hati-hati,Ltakan pada mangkok kecil yang telah diisi air.
6.      Buat lubang pada media dal;am polybag,tanam anakan jangan sampai akarnya terlipat,tutup dengan pasir halus sampai leher akar,padatkan.
7.      Siramkan kembali dengan air.
8.      Pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali.
9.      Pemeliharaan dilakukan secara rutin,lalu ukur tinggi dan persen hidupnya.
10.  Buatlah grafik pertumbuhan,berikan analisis anda,dan buat kesimpulan.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
            Hasil dari praktikum pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan kecambah adalah sebagi berikut:
Tabel 1. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan perlakuan Top soil 100%

Spesies
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
Minggu
Ke-4
(T/D)
1
Sengon 1
7
7
7
-
2
Sengon 2
6
6
6
-
3
Sengon 3
6
6
6
6/0,1
4
Sengon 4
7,5
7,5
8
8/0,2
5
Sengon 5
7
7
7
-
Tabel 2. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan perlakuan Top soil : Sekam Padi 1 : 1
No
Spesies
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
Minggu
Ke-4
(T/D)
1
Sengon 1
8
8
8
9/0,25
2
Sengon 2
6
7
8
-
3
Sengon 3
8
8
8
8/0,2
4
Sengon 4
6,5
7
7
7/0,16
5
Sengon 5
6
6
7
-

Tabel 3. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter Bibit Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan perlakuan Top soil : Sekam padi 2 : 1
No
Spesies
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
Minggu
Ke-4
(T/D)
1
Sengon 1
9
8
8
-
2
Sengon 2
7
7
8
-
3
Sengon 3
7
7
9
9/0,29
4
Sengon 4
7
7
7
7/0,15
5
Sengon 5
7
7
7
-

Tabel 4. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga (Adenanthera pavininna) dengan perlakuan Top soil 100%
No
Spesies
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
Minggu
Ke-4
(T/D)
1
Saga 1
6,5
7
7,5
8,1/0,11
2
Saga 2
9
9,5
9,7
10/0,15
3
Saga 3
7,5
8
8,5
9,21/0,12
4
Saga 4
11
11,5
11,8
12/0,18
5
Saga 5
8
8,5
9
9,5/0,13

Tabel 5. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga (Adenanthera pavininna) dengan perlakuan Top soil : Sekam Padi 1 : 1
No
Spesies
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
Minggu
Ke-4
(T/D)
1
Saga 1
9
9,2
9,8
10,2/0,15
2
Saga 2
7,5
11
11,5
12/0,20
3
Saga 3
7,5
9
9,3
9,7/0,12
4
Saga 4
11
11,2
11,5
11,9/0,18
5
Saga 5
5,5
6
6,4
6,8/0,10

Tabel 6. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter Bibit Saga (Adenanthera pavininna) dengan perlakuan Top soil : Sekam padi 2 : 1
No
Spesies
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
Minggu
Ke-4
(T/D)
1
Saga 1
6
9
9,5
10/0,12
2
Saga 2
10
10,3
10,8
11/0,15
3
Saga 3
7
8,5
8,8
9/0,11
4
Saga 4
8
11
11,5
12,2/0,23
5
Saga 5
9,5
9,8
10
10,5/0,16

Tabel 7. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter Bibit Akasia       (Acacia auriculiformis) dengan perlakuan Top soil 100%
No
Spesies
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
Minggu
Ke-4
(T/D)
1
Akasia 1
3
4
4,2
4,5/0,19
2
Akasia 2
3
3,5
3,8
-
3
Akasia 3
-
-
-
-
4
Akasia 4
-
-
-
-
5
Akasia 5
-
-
-
-

Tabel 8. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter Bibit Akasia       (Acacia auriculiformis) dengan perlakuan Top soil : Sekam Padi 1 : 1
No
Spesies
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
Minggu
Ke-4
(T/D)
1
Akasia 1
3
4
4,6
-
2
Akasia 2
-
-
-
-
3
Akasia 3
-
-
-
-
4
Akasia 4
-
-
-
-
5
Akasia 5
-
-
-
-
Tabel 9. Data Pegamatan Hasil Penambahan Tinggi dan Diameter Bibit Akasia       (Acacia auriculiformis) dengan perlakuan Top soil : Sekam padi 2 : 1
No
Spesies
Minggu
Ke-1
(Tinggi)
Minggu
Ke-2
(Tinggi)
Minggu
Ke-3
(Tinggi)
Minggu
Ke-4
(T/D)
1
Akasia 1
4
4,5
4,8
5,3/0,2
2
Akasia 2
-
-
-
-
3
Akasia 3
-
-
-
-
4
Akasia 4
-
-
-
-
5
Akasia 5
-
-
-
-

Grafik 1. Pertambahan tinggi bibit Sengon  (paraserianthes falcataria) dengan perlakuan top soil 100%.

Grafik 2. Pertambahan tinggi bibit Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan perlakuan top soil : sekam padi (1:1)

Grafik 3. Pertambahan tinggi bibit Sengon (Paraserianthes falcataria) dengan perlakuan top soil : sekam padi (2:1)




 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada spesies terjadi paada media top soil : sekam (2:1). Hal ini dikarenakan kerapatan tanah yang sedikit berkurang karena penambahan sekam sehingga pori-pori tanah menjadi renggang dan  kebutuhan oksigen tanaman dapat terpenuhi dengan baik. Selanjutnya adalah pada media top soil:sekam padi (1:1). Pertumbuhan sedikit lebih rendah di bawah media top soil 100%. Hal ini karena kebutuhan akan unsur hara dari tanah lebih sedikit, karena perbandingan antara top soil dan sekam adalah sama, sehigga walau kebutuhan air dan oksigen mungkin terpenuhi, tetapi kebutuhan akan bahan organik dari tanah kurang tersedia mengingat sekam sangat susah terurai menjadi unsur hara bagi tanaman.
Pertumbuhan tanaman settiap minnggu pada  bibit sengon  dengan perlakuan top soil 100% relative hampir sama, hal ini mungkin disebabakan karena kerapatan tanah yang terlalu rapat sehinnga mengakibatkan udara masuk dan akar tanaman yang masih  sangat  kecil  sulit dalam mengambil makanan dari dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Agustina (2004)  yang menyatakan bahwa media tanam adalah tempat bertumpu agar tanaman bisa berdiri tegak. Di dalamnya juga terkandung hara, air, dan udara yang dibutuhkan oleh tanaman. Disamping itu media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar,agar tajuk tanaman dapat Paraserianthes falcataria  dapat ditemukan bahwa pertumbuhan yang paling cepat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman. Tanaman mendapatkan makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara menyerap unsur-unsur hara yang terkandung di dalam media tanam.
Namun  dalam minggu ke empat rata-rata bibit sengon   mati, hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu  curah hujan yang tinngi dan lokasi tepat bibit ditanam yang dekat dengan   lubang dan kondisi tanaman  yang belum kuat berdiri dnegan terpaan angin dan derasnya curah hujan yang ada. Dan rata-rata pertumbuhan tanaman pada perlakuan  top soil 100% didapatkan bahwa tinngi tanaman paling tinggi pada minngu  ke-3 yaitu  sebesar 8 cm , dimana tinggi tanman seemula adalah 7 cm. Pada perlakuan sengon top soil: sekam padi 2:1 tinngi tanaman  tertinggi yaitu 8 cm dari tinggi semula 6 cm. Sedangkan  pada sengon   dengan perlakuan top soil: sekam padi 1:1  tanaman  yang tertinggi adalah pada bibit sengon 3 dengan tinggi akhir 9 cm dengan tinggi tanaman  semula adalah 7 cm. Rata-rata bibit sengonpada minngu ke-4 3dari 5 bibit rata-rata mati. Hal ini dapat juga disebabkan karena  kondisis bibit yang tidak bisa bertahan pada  lingkungan yang ekstrem contoh nya suhu yang kurang baik, curah hujan yang  tinggi dan lain-lain. Pada bibit saga tinggi bibit yang paling tinggi juga ditemukan pada media 2: 1, dibandingkan dengan media yang lain. Hal ini juga disebabkan karena bibit saga yang ditanam di  media top soil:sekam padi 2:1   memiliki pori-pori yang   baik dalam  masuknya air dan udara didalam tanah. Serta  pori-pori media juga baik bagi pernafasan akar. Namun, rata-rata bibit  saga juga mati pada minggu ke-4, dan kematian pada bibit juga disebkan oleh media yang digunakan tidak cocok, contoh nya media yang ditambahkan NPK, dibandingkkan dengan media tanam yang lain.
Pada bibit akasia yang ditanam, didapatkan juga hasil bahwa media yang baik adalah top soil: sekam padi 2:1, meskipin bibit akasia rata-rata mati, namun kematian yang paling cepat terdapat pada bibit akasia yang ditanam di media yang ditanbahkan NPK, hal ini karena  bibit akasia yang memang sulit dalam bertumbuh tidak dikondisi lingkungannya. Dan juga bibit yang belum siap dalam menyerap unsur-unsur kimia. Kematian yang terjadi juga mungkin di disebabkan oleh kondisi cuaca yang lembab dan curah hujan yang juga tinggi. Tinggi bibit akasia yang teringgi adalah sebesar 4,8 cm  dan bibit ini juga hidup sampai minggu keempat.
Media yang baik dari hasil pengamatan yang dilakukan adalah  adalah  media top soil: sekam padi 2:1, namun dibandingkan dengan top soil:sekam padi 1:1,  media tanaman yang baik selanjutnya adalah  top soil 100% karena dibandingkan dengan media top soil : sekam padi 1:1   yang perbandinganya sama  sehinnga tanah menjadi kurang baik dan tanaman kurang mendapatkan nutrisi. Dengan adanya sekam padi maka perakaran akan lebih leluasa menembus tanah sebab pori tanaha akan semakin besar dengan adanya sekam padi pada taah  tersebut, dengan syarat top soil dan sekam padi terdapat pada perbandingan yang sesuai.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Pertumbuhan yang baik untuk  semai saga (Adenanthera pavonina) dan sengon (Paraserianthes falcataria) berada pada media Top soil 100%.
2.      Pertumbuhan yang tidak baik untuk  semai akasia (Acacia auriculiformis) berada pada media Top soil : sekam padi (2:1)
3.      Media tanam merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses pertubuhan tanaman, karena setiap proses metabolisme tanaman berasal dari tanah
4.      Setiap tanaman membutuhkan media tanam berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
5.      Untuk media pertumbuhan semai yang paling baik harus mempunyai bahan organik yang cukup dan pengairan yang baik terhadap tanaman tersebut.
Saran
                Sebaiknya praktikum pengaruh media terhadap semai dilakukan di tempat yang terlindungi dari faktor luar seperti cuaca, karena dapat mengganggu hasil pengamatan semai.